
Musi Rawas Utara, 29 Juni 2025 — Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di berbagai penjuru Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), tiga dusun terpencil di wilayah Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas, justru masih tertinggal. Dusun Batu Tulis, Sendawar dan Karang Pinggan yang terletak jauh dari pusat pemerintahan kelurahan, kini bangkit dengan semangat gotong royong untuk memperjuangkan pemekaran menjadi desa baru yang akan diberi nama Desa Batu Sekar.
Tiga dusun ini bukan sekadar jauh dari pusat pemerintahan, tetapi juga mengalami keterbatasan akses yang cukup parah. Hingga hari ini, listrik belum masuk, sinyal komunikasi tidak tersedia dan akses jalan roda empat belum menjangkau wilayah mereka. Jarak antara masing-masing dusun ke pusat Kelurahan Muara Kulam pun bervariasi dan cukup jauh, yakni sekitar 5 kilometer untuk Batu Tulis, 9 kilometer untuk Sendawar, dan 15 kilometer untuk Karang Pinggan. Kondisi ini menghambat pelayanan administrasi, pendidikan, kesehatan, serta akses informasi yang semestinya bisa dinikmati masyarakat secara merata.
Kondisi memprihatinkan inilah yang kemudian mendorong warga untuk menginisiasi pemekaran wilayah, sebagai upaya membentuk pemerintahan desa yang lebih dekat dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Proses perjuangan ini pun telah melewati beberapa tahapan penting. Musyawarah tingkat dusun telah dilakukan secara mufakat, dilanjutkan dengan musyawarah bersama di tingkat kelurahan, yang menghasilkan kesepakatan penuh atas rencana pemekaran.
Kini, warga melalui Panitia Pemekaran Desa Batu Sekar telah mengirimkan surat resmi permohonan audiensi kepada Bupati Musi Rawas Utara dan DPRD pada tanggal 16 Juni 2025. Namun hingga berita ini diturunkan, baru pihak DPRD Muratara yang memberikan tanggapan dan jadwal audiensi melalui Sekretariat Dewan (Sekwan). Sementara itu, dari pihak eksekutif atau Bupati, masyarakat masih menunggu respon yang belum kunjung datang.
Ketua Panitia Pemekaran Arpan, S.Pd, menyampaikan bahwa perjuangan ini lahir dari kegelisahan masyarakat yang selama ini merasa diabaikan. “Pemekaran ini bukan hanya soal administrasi pemerintahan. Ini soal keadilan dan hak dasar sebagai warga negara. Kami butuh listrik, sinyal dan akses jalan yang layak. Dengan menjadi desa mandiri, kami yakin pembangunan bisa lebih merata dan cepat dirasakan oleh masyarakat,” ungkap Arpan.
Ia juga menambahkan bahwa perjuangan ini akan terus dikawal hingga mendapat perhatian dari pemerintah daerah. “Kami sudah melalui prosedur yang benar. Kami berharap Bapak Bupati bisa segera membuka ruang audiensi agar suara masyarakat tiga dusun ini bisa didengar langsung,” tambahnya.
Warga berharap besar dengan terbentuknya Desa Batu Sekar, tidak hanya terjadi percepatan pembangunan, tetapi juga lahirnya semangat baru dalam pengelolaan dana desa, pelayanan masyarakat, hingga pemberdayaan ekonomi lokal.
Perjuangan ini menunjukkan betapa pentingnya pemerataan pembangunan dan aksesibilitas dalam kehidupan masyarakat desa. Harapan warga Batu Tulis, Sendawar dan Karang Pinggan kini tertuju pada keputusan bijak dari para pemimpin di Muratara. Apakah suara dari pelosok ini akan didengar dan direspon cepat, atau kembali menjadi cerita klasik daerah yang terpinggirkan.
Masyarakat kini hanya meminta satu hal kesetaraan pembangunan untuk semua, bukan hanya untuk yang dekat dengan pusat kekuasaan. Dengan semangat gotong royong dan perjuangan yang sah secara hukum, Desa Batu Sekar menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat terpencil di Muratara. (Afra Pranata)